Monday, June 22, 2009

Wimbly...Wimbly...Wimbly...Wimbledo~n

Sebelum gua ulas lebih dalam tentang si Wimbly yang udah lama gua tunggu-tunggu, gua mau ngulas tentang film Ketika Cinta Bertasbih yang gua tonton hari Minggu tanggal 21 Juni 2009 kemaren.

Buat yang udah baca novelnya ya taulah ceritanya. Tentang mahasiswa Al - Azhar University, Azzam (M. Cholidi Assadil Alam) yang nyambi jadi tukang bakso dan tempe di Mesir, karena dia harus ngehidupin ibu sama adek-adeknya di Indonesia sejak bapaknya meninggal. Si Azzam ini awalnya naksir sama aktris namanya Eliana (Alice Norin) yang juga anaknya dubes Indonesia untuk Mesir, Pak Alam (Din Syamsuddin). Cuma, karena pergaulan Eliana yang bebas banget, si Azzam jadinya naksir sama mahasiswi Mesir yang terkenal pinter, cantik, dan baik hati, Anna (Oki Setiana Dewi a.k.a. Miss Mel wannabe). Eh, pas si Azzam mau ngelamar Anna, ternyata si Anna udah dilamar duluan sama sahabatnya Azzam, Furqan (Andi Arsyil Rahman).

IMO, KCB jauh lebih bagus daripada Ayat-ayat Cinta *filmnya lo ya, kalo bukunya sih gua prefer AAC*. Akting pemainnya lebih natural, gak dipaksain kayak AAC. Oh ya, gue paling kagum sama bahasa Arab para pemain-pemainnya. Luwes banget, bandingin sama pemain AAC yang bahasa Arab-nya terkesan kaku banget *apalagi Carissa Puteri, sebagai Maria harusnya bahasa Arab-nya bisa dibuat seluwes mungkin dong--no offense ya buat penggemar AAC*. Baik itu pemeran Azzam, Anna, Furqan, bahkan pemeran pendukung kayak Hafez, Nanang, dan Fadhil sekalipun bahasa Arab-nya bagus banget *lah gua? Cuma bisa huwa humaa hum hiya humaa hunna doang*. Pak Farid? Lewaaaaaaat *ampun Pak*!

Cuma, nyokap gue gak sreg sama adegan Anna di pesantren. Jadi waktu itu dia lagi berurusan sama laptop, terus orangtuanya, Kiai Lutfi (Deddy Mizwar) sama Nyai Nur (Niniek L. Karim) ngajak dia ngobrol soal jodoh. Ada dua orang yang ngelamar dia, Furqan sama Ilyas. Nah, si Anna ngejawab pertanyaan orangtuanya tuh sambil tetep ngurusin laptopnya. Kata nyokap gue sih gak sopan, tapi gue pribadi fine-fine aja kok *masalahnya gue juga sering gitu :P*. Tapi yaa, nyokap gue emang golongan Jawa konservatif sih, jadi ya gitu deh.

Oh ya, si Wimbly udah dateng kemaren. Liputan langsung dari All England Club: pertandingan kemaren ada FedEx *my love* lawan Lu blablabla dari Taipei, Sania Mirza (India) lawan Anna-Lena Groenefeld (Jerman), S. Williams lawan Neuza Silva (Portugal), terus Hantuchova lawan Laura Robson (Inggris). Jujur aja gue gak terlalu nikmatin pertandingan, karena satu pertandingan diseling sama pertandingan yang lain. Misalnya, pertandingan Mirza diseling pertandingan S. Williams, pertandingan FedEx diseling pertandingan Hantuchova *ternyata cara nyebutnya Han-tu-kho-va toh? Gua kira Han-tu-cho-va gitu*, dll. Jadi gak konsen nikmatin pertandingannya.

Oh ya,

SHARAPOVA MENANG 7 - 5, 6 -4!
MANTAP!


Lawannya siapagitu gua lupa, pokoknya di namanya ada huruf K, T, Z, O, V, sama A. Abisnya pertandingannya kagak ditayangin sih, ah pelit Star Sports, padahal cowoknya Sharapova kan anak tunggalnya pemilik ESPN *enak ya kebutuhan materiil terjamin*. Kalo kata gue kenapa hak siarnya gak dibagi aja sama Vision1, ESPN, sama Eurosport. Misalnya, pertandingan FedEx ditayangin Vision1, Sharapova di ESPN, S. Williams di Eurosport, gitu. Kan enak kita nontonnya *eh, tapi ntar gua bingung mau nonton FedEx apa Sharapova. Bodo lah*.

Oh ya, ngomong-ngomong soal Sharapova, gua baru nemu artikel menarik di Lautan Indonesia.

Ini dia:

Svetlana Kuznetsova lahir di kota yang sama dengan presiden Rusia Vladimir Putin, St Petersburg. Mereka berdua juga menjelma jadi ikon dari kota bersejarah itu karena sama-sama berprestasi di bidangnya masing-masing.

Namun, kesamaan geografis itu tak lantas membuat Svetlana bersimpati pada Putin. Justru, petenis putri peringkat delapan dunia itu dengan terang-terangan menyatakan rasa tidak simpatinya--hal yang sekali menunjukkan betapa nyelenehnya pribadi dari perempuan kelahiran St Petersburg, Rusia, 27 Juni 1985 ini.

Di mata Kuznetsova, Putin adalah pribadi bertolak belakang dari presiden Rusia sebelumnya, Boris Yeltsin, yang begitu menggandrungi tenis. Menurut Kuznetsova, Putin adalah pribadi yang bisa dibilang antitenis.

Ya, Putin ternyata sangat gemar memancing dan judo. Mungkin bisa dimaklumi jika dua kegiatan tersebut menjadi pilihan olahraga utama presiden baru ini, karena dia adalah penyandang sabuk hitam judo, bahkan pernah menjadi juara lokal.

Pernah, saat perempuan yang biasa disapa Kuzzy ini meraih gelar pertama Amerika Serikat Terbuka yang dirayakan secara meriah oleh rakyat negaranya, Putin bergeming. Tak secuil pun ucapan selamat terlontar dari mulut sang presiden. Itulah yang membuat Kuzzy semakin benci.

"Ia berasal dari kota yang sama denganku dan aku satu-satunya juara tenis dari St Petersburg. Ketika Maria Sharapova menang Wimbledon, Putin mengundangnya ke istana. Tapi saat aku menang di AS Terbuka, jangankan ucapan selamat. Melirikku pun tidak," ujarnya.

Berarti Kuzzy cemburu? Tidak, sergah Kuzzy, melainkan adanya unsur ketidakadilan.

"Aku sangat sedih memikirkan itu dan sangat melukaiku. Tapi sudahlah, barangkali ia memang tak menyukai tenis, dan tak menyukaiku. Pada sisi lain, saya respek padanya karena secara keseluruhan ia banyak memberi perubahan pada Rusia," ujarnya mencoba bijak.

Hmm.

Menarik.

No wonder lah Sharapova dimusuhin di tim Piala Fed Rusia. Setau gue, yang musuhin dia tuh selain Tante Kuzzy ada Elena Dementieva, Vera Zvonareva, dll. Yang respek sama dia paling Safina doang. Kalo Anna Chakvetadze, gue kurang tau tuh.

Tadinya gue kesel sama Tante Kuzzy karena gue anggap dia jealous dengan segala yang dimiliki Sharapova: ketenaran, kekayaan, kecantikan, dan keseksian *lah dia? Muka, suara, tereakan, sama seremnya--no offense ya Tante*. Namun, setelah nemu artikel tadi, pikiran gua berubah. Bukan Tante Kuzzy ataupun Sharapova-lah yang salah, tapi Pakde Putin.

Siapa gak kesel sih digituin? Apalagi Tante Kuzzy sekampung sama Pakde Putin di St Petersburg. Jujur aja gue pernah dapet pengalaman nyaris serupa kayak Tante Kuzzy. Bedanya, gue langsung nyalahin orang yang memperlakukan gue itu, bukannya 'saingan' gue. Analisa gue, mungkin ada beberapa alasan yang bisa dikemukakan Pakde Putin,

1. US Open kalah gengsi dengan Wimbledon *padahal sama-sama Grand Slam*

2. Sharapova menang Wimbledon pada usia relatif muda, tujuh belas tahun, sedangkan Tante Kuzzy pas menang US Open bisa dibilang udah rada 'berumur'. *hmm, jadi kalo Pakde Putin mau nyari istri--misalnya--kudu berburu daun muda dulu, gitu?*

Yang jelas, gue sama sekali gak membenarkan tindakan Pakde Putin yang terkesan ngebeda-bedain antara Tante Kuzzy dengan Sharapova. Tapi, tindakan Tante Kuzzy yang terkesan mojokkin Sharapova amat gue sesalkan. Gue ngomong sebagai penggila ilmu sosial, bukan sebagai anggota Club Sharapova *kalo ada Club Kuznetsova juga insya Allah gua gabung*. Ini bukan salah Sharapova, tapi salah Pakde Putin. Kalo mau nyalahin ya salahin lah Pakde Putin yang harus dirombak pikirannya itu. Untuk Sharapova, mungkin harusnya dia keliatan gak menikmati 'fasilitas' yang dikasih Pakde Putin. Gua percaya, kalo seseorang gigih banget memperjuangkan silaturahmi dengan orang lain, pasti hasilnya bakal keliatan. Amin, semoga Tante Kuzzy bisa damai sama Sharapova, yaa. Pokoknya gua cinta tenis Rusia.

Oh ya, gua cuma mau nge-warning, mungkin beberapa hari ke depan entri gua bakal cerita banyak soal si Wimbly. So, buat yang suka tenis, yo silakan kunjungi blog ini, tapi kalo gasuka, maap kalo bikin kalian bingung. Eh, gue malah berharap yang baca blog ini terus tadinya gasuka tenis jadi suka *AMIN!*. Hehehe~.

Dan...do'ain gue ya semoga tabungan gue bisa nambah, jadi bisa beli raket. Abisnya gua udah nabung seratus lebih, eh ada aja yang bonyok gue minta + pinjem. Kalo gua bilang mau beli raket pasti diketawain, jadinya gua rahasiain aja. Dan lo tau raket itu gak murah. Saat ini gue cuma berharap bisa dapet pemasukan buat nabung *kalo boleh nyari pekerjaan musim panas, gua pasti udah ngelamar jadi tukang sobek karcis di Blitz Megaplex atau ballgirl di All England Club*, dan berharap gua bisa nonton Commonwealth Bank Tennis Classic, terus ada pemain yang berbaik hati ngelempar raketnya ke bangku penonton, dan gue lah yang beruntung mendapatkan raket itu *AMIN YA ALLAH AMIN!*

*kok gue jadi curcol gini sih?*

*bodo lah*

Adios.

No comments:

Post a Comment