Ketika awan menyelimuti matahari
Rintik-rintik air membasahi bumi
Aku terdiam di kamar seorang diri
Menunggu sampai hujan berhenti
Hujan
Bagian dari siklus kehidupan
Ia bisa menjadi kawan ataupun lawan
Bukti kuasa Tuhan yang tiada bandingan
Kertas hijau di amplop cokelat
Tiba di tangan tepat setelah shalat Jum'at
Jantung berdetak semakin cepat
Nafas terasa semakin berat
Stabilo merah di satu kolom nilai
Tangan dan kaki terasa mati
Namun bahagia juga tersisip di hati
Karena jauh lebih baik daripada yang sudah jauh hari
Dua kolom dengan arsiran
Membekukan seluruh badan
Tapi tak apa, masih ada kesempatan
Untuk mempertahankan urutan dan mencapai tujuan
Tuhan, berikanlah semangat bergerilya
Untuk memburu nilai sebagaimana mestinya
Meski hanya enam pun tak apa
Asalkan bisa mendapatkan yang lebih dari delapan puluh lima
Hahaha...padahal gue gak romantis, tapi paling doyan nulis puisi. Biasanya sih puisi gue tentang kejadian yang sehari-hari gitu *small things can be interesting if we try to dig it little deeper*. Contohnya aja tentang hujan, rapor bayangan, gitu deh. Kadang-kadang bikin tentang friendship, cinta, Tuhan, kematian, sejarah, ya gitu deh. Dulu suka banget bikin puisi tentang perang kemerdekaan, karena gue jatuh cinta dengan yang namanya SEJARAH, cinta mati dari kecil!
Kalo puisi-puisi bikinan orang lain gue sukanya Chairil Anwar terutama yang Karawang - Bekasi, terus juga Sutardji Calzoum Bachri--puisinya nyeleneh tapi enak dibaca. Terus Taufik Ismail, gue paling suka bukan puisinya, tapi lirik lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata, yang lagunya dinyanyiin Chrisye (1949 - 2007). Ya Allah itu liriknya dalem banget...ngerinding gue ngebacanya, sama kayak gue ngerinding baca surat Yasin--ayatnya lupa--yang jadi inspirasi buat lirik lagu itu...beuh...ngerinding pokoknya. Kapan ya gue bisa bikin tulisan yang ngaduk-ngaduk emosi pembacanya kayak gitu?
No comments:
Post a Comment